Jumat, 21 November 2014

Kampus Merah di Malam itu

Universitas Hasanuddin, Selasa sore, 18 November 2014. Saat itu waktu menunjukkan pukul 16.30 WITA. Jam pulang kuliah bagi mahasiswa teladan seperti saya. Bersama dengan rekan saya, sebut saja Ziza, kami menaiki angkutan kota 07. Namun ada yang berbeda dihari itu, tak satupun 07 yang lewat depan fakultas. Dengan bantuan teman kami yang sedang mengendarai motor, kami pun ikut bersamanya hingga PSC. 30 Menit kami menunggu angkutan kota, 07 pun menjemput kami. Hanya berjalan 20 meter, mobil angkutan harus berbelok ke perdos karena padatnya kendaraan diarus jalan. Masuk dilorong-lorong kecil hingga tembus di jalan sebelum pintu 1. Kami pun menunggu sejam, berharap kemacetan ini berakhir. Namun hingga jam 19.30, kami memutuskan untuk meninggalkan angkutan itu dan beralih untuk jalan kaki hingga melewati pertamina pintu 1. 

Sesampainya depan pertamina, terdengar suara teriakan dari massa. Sentak saya dan ziza kaget, lalu berlari kembali kearah pintu 2. Hujan batu dan busur menghiasi pemandangan langit malam itu. Puluhan manusia berlari memakai helm, berusaha melindungi diri dari batu dan busur. Keadaan unhas menjadi siaga 1, puluhan sepeda, motor, 2 mobil terbakar. Fasilitas kampus dirusak, bahkan rusa-rusa unhas saling melindungi dirinya dari anak panah busur. Kepolisian berusaha mengamankan kedua belah pihak. Yaitu warga vs mahasiswa.

Anehnya, saat “mahasiswa” demo anarkis, tak satupun dari mereka yang memakai alamamater tercinta. Lalu pantaskah mereka disebut sebagai mahasiswa?

8 jam berlalu, kemacetan belum bisa ditangani. Akhirnya para TNI AD turun ke TKP dan mengamankan kekacauan. Saya agak kecewa, mengapa kepolisian tak mampu menenangkan dua kubu, dan mengapa TNI baru datang ketika banyak fasilitas kampus yang telah habis dilahap jago merah. Tak lama kemudian, hp saya berdering. Panggilan dari paman saya yang saat itu telah berada depan showroom BMW, tak jauh dari pintu 1. Beliau mengatakan bahwa saya harus ke sana agar bisa pulang. Dengan modal nekat, saya dan ziza menyusuri jalan yang penuh dengan kendaraan bermotor. Suasana yang sangat hening dimalam itu, padahal terdapat ribuan manusia yang menyaksikan para TNI menertibkan massa. Dilain tempat, teman saya yang saat itu berada dalam kampus tak bisa keluar, karena warga yang emosi masuk kedalam kampus dan menyerang siapa saja.


Sungguh miris suasana kampus merah dimalam itu. Beberapa hari sebelumnya, nama Unhas tercoreng oleh WR III  yang terjerat kasus narkoba. Dan setelahnya, demo anarkis terjadi. Mungkin para penghuni Unhas harus melakukan cuci almamater kembali.

sumber foto: kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar