Masa muda bagi orang lain sangatlah mengasyikkan.
Menghabiskan waktu bersama teman sejawat, berkumpul tertawa bersama, menikmati
hidup bagaikan tak ada beban. Itulah yang terjadi pada diri Silvana diumurnya
yang beranjak 21 tahun. Umur yang cukup matang untuk mengaumi dunia dewasa bagi
wanita. Berbagai pria silih berganti mengencaninya, hingga muncul anggapan
orang disekitar bahwa dia adalah wanita murahan. Bagi Silvana, dia tak
menanggapi cemoohan itu karena dia tidak merasa seperti orang katakan tentang
dirinya. Ya, dia mempunyai sifat yang super cuek terhadap orang yang
membencinya. Dia tak peduli, karena yang mengetahui hal sebenarnya bukanlah
orang lain melainkan dirinya sendiri dan penciptanya.
Kenakalan masa muda bukanlah hal yang baru, ingin mencoba
segala sesuatu yang baru didapatkannya. Begitulah orang-orang mengatakan hal
yang serupa tentang masa muda. Hingga tiba waktunya Silvana harus merelakan
dirinya dijodohkan oleh seorang lelaki yang baru saja menjadi guru honorer di
sekolah swasta milik ayahnya. Silvana merupakan anak pertama dan satu-satunya
anak perempuan dari orang tua yang cukup kaya dimasa nya. Paras cantik nan
manis dimilikinya, hingga lelaki berebutan untuk memilikinya. Namun berbeda
dengan orangtua Silvana, melihat anak perempuan semata wayangnya dikencani oleh
banyak pria ditambah dengan cemoohan orang dilingkungannya, mereka memilih
seorang lelaki dari kampung yang baru saja jadi guru. Hingga Silvana pun ikhlas
menerima kejadian tersebut.
Awal tahun 1994, ikatan pernikahan telah terucap dari bibir
lelaki kampung itu. Silvana yang tidak mencintai lelaki itu terpaksa merelakan
keperawanannya demi memenuhi hak suami. Hingga akhir tahun 1994, lahirlah
seorang anak perempuan, diberi nama Diana. Ketika lahir, Diana tidak dianggap sebagai
anak dari lelaki kampung itu. Dia berpendapat bahwa Silavana telah hamil
sebelum menikah dengannya. Hal itu membuat Silvana sangat kecewa, namun dia
sabar. Beberapa hari setelah kelahiran Diana, lelaki kampung itu pergi
meninggalkan anak dan istri. Silvana harus merawat anaknya seorang diri. Namun
dengan bantuan dukun, akhirnya ayah Diana rujuk kembali ke Silvana.
4 tahun keluarga ini berjalan harmonis, Diana tumbuh menjadi
gadis kecil nan lucu. Dia aktif, cerewet, dan periang. Masa kecilnya dihabiskan
disebuah rumah kecil, berpagar kayu. Diana mempunyai adik baru, namanya Irfan.
Irfan lahir dengan berat badan rendah, dia sering sakit-sakitan, kerjaannya
hanya menangis menangis dan menangis. Diana kecil kesal dengan tingkah adiknya
yang sangat cengeng. Namun Silvana merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Malampun tiba, Irfan menangis keras karena demamnya yang tak
kunjung sembuh. Suara ribut terdengar dari luar kamar Diana dan membuatnya
terbangun dari tidur. Ketika Diana keluar kamar, dia menyaksikan hal yang
sepatutnya tidak disaksikan oleh anak kecil berumur 4 tahun. Silvana dicekik
oleh lelaki kampung itu hingga Silvana kesulitan bernafas. Air mata seketika
jatuh membasahi wajah Diana kecil. Dia berlari kearah ibunya dan memeluknya,
hingga lelaki kampung itu langsung melepaskan cengkraman dileher Silvana.
2 hari sejak kejadian tersebut, Diana kecil hanya sering
bermain diteras rumahnya. Ayah Diana muncul dari belakangnya membawa tas kecil
dan langsung menaiki motor bututnya. Diana bertanya kepada ayahnya tentang
kepergiannya. Dan ayahnya hanya tersenyum kecut. Diana yang tidak mengerti
apa-apa saat itu hanya melambaikan tangan ke ayahnya.