Senin, 28 Maret 2016

DIANA KECIL

Masa muda bagi orang lain sangatlah mengasyikkan. Menghabiskan waktu bersama teman sejawat, berkumpul tertawa bersama, menikmati hidup bagaikan tak ada beban. Itulah yang terjadi pada diri Silvana diumurnya yang beranjak 21 tahun. Umur yang cukup matang untuk mengaumi dunia dewasa bagi wanita. Berbagai pria silih berganti mengencaninya, hingga muncul anggapan orang disekitar bahwa dia adalah wanita murahan. Bagi Silvana, dia tak menanggapi cemoohan itu karena dia tidak merasa seperti orang katakan tentang dirinya. Ya, dia mempunyai sifat yang super cuek terhadap orang yang membencinya. Dia tak peduli, karena yang mengetahui hal sebenarnya bukanlah orang lain melainkan dirinya sendiri dan penciptanya.

Kenakalan masa muda bukanlah hal yang baru, ingin mencoba segala sesuatu yang baru didapatkannya. Begitulah orang-orang mengatakan hal yang serupa tentang masa muda. Hingga tiba waktunya Silvana harus merelakan dirinya dijodohkan oleh seorang lelaki yang baru saja menjadi guru honorer di sekolah swasta milik ayahnya. Silvana merupakan anak pertama dan satu-satunya anak perempuan dari orang tua yang cukup kaya dimasa nya. Paras cantik nan manis dimilikinya, hingga lelaki berebutan untuk memilikinya. Namun berbeda dengan orangtua Silvana, melihat anak perempuan semata wayangnya dikencani oleh banyak pria ditambah dengan cemoohan orang dilingkungannya, mereka memilih seorang lelaki dari kampung yang baru saja jadi guru. Hingga Silvana pun ikhlas menerima kejadian tersebut.

Awal tahun 1994, ikatan pernikahan telah terucap dari bibir lelaki kampung itu. Silvana yang tidak mencintai lelaki itu terpaksa merelakan keperawanannya demi memenuhi hak suami. Hingga akhir tahun 1994, lahirlah seorang anak perempuan, diberi nama Diana. Ketika lahir, Diana tidak dianggap sebagai anak dari lelaki kampung itu. Dia berpendapat bahwa Silavana telah hamil sebelum menikah dengannya. Hal itu membuat Silvana sangat kecewa, namun dia sabar. Beberapa hari setelah kelahiran Diana, lelaki kampung itu pergi meninggalkan anak dan istri. Silvana harus merawat anaknya seorang diri. Namun dengan bantuan dukun, akhirnya ayah Diana rujuk kembali ke Silvana.
4 tahun keluarga ini berjalan harmonis, Diana tumbuh menjadi gadis kecil nan lucu. Dia aktif, cerewet, dan periang. Masa kecilnya dihabiskan disebuah rumah kecil, berpagar kayu. Diana mempunyai adik baru, namanya Irfan. Irfan lahir dengan berat badan rendah, dia sering sakit-sakitan, kerjaannya hanya menangis menangis dan menangis. Diana kecil kesal dengan tingkah adiknya yang sangat cengeng. Namun Silvana merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Malampun tiba, Irfan menangis keras karena demamnya yang tak kunjung sembuh. Suara ribut terdengar dari luar kamar Diana dan membuatnya terbangun dari tidur. Ketika Diana keluar kamar, dia menyaksikan hal yang sepatutnya tidak disaksikan oleh anak kecil berumur 4 tahun. Silvana dicekik oleh lelaki kampung itu hingga Silvana kesulitan bernafas. Air mata seketika jatuh membasahi wajah Diana kecil. Dia berlari kearah ibunya dan memeluknya, hingga lelaki kampung itu langsung melepaskan cengkraman dileher Silvana.


2 hari sejak kejadian tersebut, Diana kecil hanya sering bermain diteras rumahnya. Ayah Diana muncul dari belakangnya membawa tas kecil dan langsung menaiki motor bututnya. Diana bertanya kepada ayahnya tentang kepergiannya. Dan ayahnya hanya tersenyum kecut. Diana yang tidak mengerti apa-apa saat itu hanya melambaikan tangan ke ayahnya.