Tampilkan postingan dengan label storyoflife. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label storyoflife. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 20 Juni 2020

JAPAN KOREA FESTIVAL


JAPAN KOREA EXPORIA 2016
Hai bloggers, kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya selama mengikuti Japan Korea Exporia. Jadi event ini adalah sebuah festival jejepangan dan kekorean, dimana anda akan disuguhkan budaya dan adat yang berkaitan dengan Jepang dan Korea.
Jika anda K-popers maka event ini adalah event yang sangat PAS dan MANTAP karena banyak kegiatan di festival ini menyuguhkan tarian dan modern dance dari Korea. Kalo saya sih ga terlalu minat dengan koreanya, tapi kalo drama Korea mah sukaaaaaa bangeeettt hahaha.
Dievent ini anda akan menemukan berbagai komunitas dance, drakor, cosplay,bahkan wibu. Kebetulan saya adalah salah satu anggota komunitas yang berpartisipasi dalam event tersebut.
Perkenalkan, KOMUNITAS ONE PIECE INDONESIA (KOPI) regional SULSEL adalah komunitas yang saya naungi, namun kami mempunyai grup chat di aplikasi LINE dengan nama X NAMAKA MKZ. Jadi kita sesama anggota kadang menuliskan nama di hp menggunakan nakama.
Mengenai KOPI SULSEL collab with X NAKAMA MKZ, kami tidak mempunyai struktur resmi seperti komunitas lainnya. X Nakama mengutamakan persaudaraan. Yah hanya persaudaraan. Karena selama saya di komunitas tsb, saya merasakan kehangatan, kegembiraan, kesedihan, and everything about LOVE.
Oke cukup membahas komunitas, langsung saja pada intinya. Di event inilah pengalaman saya bercosplay pertama kalinya. Banyak pelajaran yang bisa saya ambil, terutama mengenai jahitan, jenis kain, dan kreatifitas dalam membuat properti cosplay.
Jadi komunitas kami saat itu menampilkan cosplay dan grup nyanyi. Dan saya juga mengikuti perlombaan Costreet. Anda harus bedakan costreet, cosplay, dan coswalk yah...tapi saat itu saya ga ada niat untuk ikut lomba, SUMPAH GA ADA NIAT. Cuma teman2 saya maksa untuk ikut, dan well saya memberanikan diri tampil di depan umum.
Dan, alhamdulillah untuk pertama kalinya saya berpenampilan norak, alay, dan i think this is not me, tapi mungkin dari kerja keras pembuatan kostum dan properti cosplay sebelum event, saya mendapat balasannya, JUARA 1 LOMBA COSTREET woii !!! sumpah kaget banget waktu dengar pengumuman dan penonton berteriak histeris.
Udahan ah capek ngetiknya, maklum lah udah jadi ibu 2 anak yah turun mesin lah hahaha. berikut adalah moment selama event Japan Korea Exporia 2016





















Senin, 02 Januari 2017

DIANA KECIL (lanjutan)

Lambaian tangan kecil dari seorang Diana tak dihiraukan sama sekali oleh ayahnya. Diana tak mengerti, kenapa ayahnya pergi begitu saja tanpa mencium atau sekedar memeluknya. Berhari-hari, Diana menunggu kepulangan ayahnya. Duduk, sekali-kali bermain pasir, atau sekedar manjat pagar. Diana jarang bergaul dengan teman sebayanya. Setiap pagi setelah bangun tidur, dia duduk diteras rumahnya sambil menunggu ayahnya pulang. Hingga suatu ketika, nenek dan kakek Diana datang menjemputnya. Membawa semua barang Diana, begitupun ibu dan adiknya.

Diana kini tinggal bersama nenek dan kakeknya. Diana masih belum mengerti kenapa ayahnya tidak tinggal bersamanya. Kehangatan keluarga yang dirasakan Diana, berasal dari kasih sayang nenek dan kakeknya. Ibu Diana melanjutkan kuliah disalah satu universitas swasta, sedangkan adiknya tumbuh menjadi bocah lelaki yang sangat nakal. Kesibukan masing-masing membuat Diana merasa sepi, hanya jika Diana tidak mempunyai teman sekolah, apalah arti hidup baginya. Mungkin saja dia akan mengalami stress dimasa kecil, beruntung Diana adalah anak yang mudah bergaul dengan siapa saja. Bagi orang lain yang melihat Diana, mereka beranggapan bahwa Diana tumbuh besar dengan baik walau tanpa kasih sayang dari ayahnya. Ya, anggapan itu benar adanya. Diana tumbuh menjadi periang, mudah bergaul, dan disenangi banyak orang. Hingga akhirnya Diana harus pergi meninggalkan kotanya dan melanjutkan pendidikan di sebuah pondok pesantren di pulau seberang.

3 tahun Diana menjalani sekolahnya. Ada satu hal yang membuat Diana sangat terpuruk ketika berada dipesantren. Awal dia bersekolah, tiba-tiba ada panggilan telepon dari keluarganya, dan tak lain adalah Silvana, ibu Diana. Silvana akhirnya menikah dengan seorang bujang. Diana tak mengetahui sosok bujang yang telah berani menikahi ibunya, “berani sekali dia tak memperkenalkan dirinya ke saya terlebih dahulu”, ucap Diana lewat telepon. Diana tak berkata apa-apa setelahnya, hanya air mata yang terus mengalir tanpa henti. Dia tak tahu air mata tersebut adalah air mata bahagia atau kesedihan. Dia hanya menangis semalaman. Teman-teman kamarnya hanya bisa sekedar menghibur dengan candaan tawa tanpa tahu masalah yang dihadapi Diana.

Bersekolah di sebuah pondok pesantren bukanlah hal yang mudah bagi anak-anak sebaya Diana. Dia terkadang memikirkan asiknya bersekolah disekolah umum, bergabung dengan kaum adam. Terkadang juga dia memikirkan nasib teman SD nya dulu, mungkin saja mereka sudah mulai berpacar-pacaran. Itulah hal yang dipikirkan Diana remaja, ingin mengenal sosok laki-laki yang mungkin saja bisa mengisi hatinya. Maklum, Diana sejak kecil tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah (baca laki-laki) dan ia juga tidak sepenuhnya mengenal sosok ayah dalam kehidupannya. Bahkan ayah tiri yang sekarang tinggal bersamanya, baginya hanyalah sebuah pelengkap keluarga, bukan menambah kehangatan dalam keluarga.


Tiba waktunya Diana remaja beranjak dibangku SMA, Diana tak ingin lagi melanjutkan sekolah dipesantren. Dan ibu Diana menyetujui hal itu. Dia pun bersekolah di sekolah umum. Tahun pertama sekolah merupakan tahun cobaan baginya. Kakek dan neneknya bercerai di umur pernikahan ke 30 tahun, perselingkuhan satu-satunya alasan perceraian mereka. Diana berharap dengan kembalinya dia ke keluarga dapat mempererat kekeluargaan, walau tanpa sosok ayah. Namun harapan itu sirna, dan hanya memperburuk keadaan psikologis Diana. Dia mulai melepaskan hijabnya sejak masuk di SMA,  mengenal cara berpacaran, bergaul bebas, dan Diana yang sekarang adalah sosok Silvana yang terulang kembali.  

Senin, 28 Maret 2016

DIANA KECIL

Masa muda bagi orang lain sangatlah mengasyikkan. Menghabiskan waktu bersama teman sejawat, berkumpul tertawa bersama, menikmati hidup bagaikan tak ada beban. Itulah yang terjadi pada diri Silvana diumurnya yang beranjak 21 tahun. Umur yang cukup matang untuk mengaumi dunia dewasa bagi wanita. Berbagai pria silih berganti mengencaninya, hingga muncul anggapan orang disekitar bahwa dia adalah wanita murahan. Bagi Silvana, dia tak menanggapi cemoohan itu karena dia tidak merasa seperti orang katakan tentang dirinya. Ya, dia mempunyai sifat yang super cuek terhadap orang yang membencinya. Dia tak peduli, karena yang mengetahui hal sebenarnya bukanlah orang lain melainkan dirinya sendiri dan penciptanya.

Kenakalan masa muda bukanlah hal yang baru, ingin mencoba segala sesuatu yang baru didapatkannya. Begitulah orang-orang mengatakan hal yang serupa tentang masa muda. Hingga tiba waktunya Silvana harus merelakan dirinya dijodohkan oleh seorang lelaki yang baru saja menjadi guru honorer di sekolah swasta milik ayahnya. Silvana merupakan anak pertama dan satu-satunya anak perempuan dari orang tua yang cukup kaya dimasa nya. Paras cantik nan manis dimilikinya, hingga lelaki berebutan untuk memilikinya. Namun berbeda dengan orangtua Silvana, melihat anak perempuan semata wayangnya dikencani oleh banyak pria ditambah dengan cemoohan orang dilingkungannya, mereka memilih seorang lelaki dari kampung yang baru saja jadi guru. Hingga Silvana pun ikhlas menerima kejadian tersebut.

Awal tahun 1994, ikatan pernikahan telah terucap dari bibir lelaki kampung itu. Silvana yang tidak mencintai lelaki itu terpaksa merelakan keperawanannya demi memenuhi hak suami. Hingga akhir tahun 1994, lahirlah seorang anak perempuan, diberi nama Diana. Ketika lahir, Diana tidak dianggap sebagai anak dari lelaki kampung itu. Dia berpendapat bahwa Silavana telah hamil sebelum menikah dengannya. Hal itu membuat Silvana sangat kecewa, namun dia sabar. Beberapa hari setelah kelahiran Diana, lelaki kampung itu pergi meninggalkan anak dan istri. Silvana harus merawat anaknya seorang diri. Namun dengan bantuan dukun, akhirnya ayah Diana rujuk kembali ke Silvana.
4 tahun keluarga ini berjalan harmonis, Diana tumbuh menjadi gadis kecil nan lucu. Dia aktif, cerewet, dan periang. Masa kecilnya dihabiskan disebuah rumah kecil, berpagar kayu. Diana mempunyai adik baru, namanya Irfan. Irfan lahir dengan berat badan rendah, dia sering sakit-sakitan, kerjaannya hanya menangis menangis dan menangis. Diana kecil kesal dengan tingkah adiknya yang sangat cengeng. Namun Silvana merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Malampun tiba, Irfan menangis keras karena demamnya yang tak kunjung sembuh. Suara ribut terdengar dari luar kamar Diana dan membuatnya terbangun dari tidur. Ketika Diana keluar kamar, dia menyaksikan hal yang sepatutnya tidak disaksikan oleh anak kecil berumur 4 tahun. Silvana dicekik oleh lelaki kampung itu hingga Silvana kesulitan bernafas. Air mata seketika jatuh membasahi wajah Diana kecil. Dia berlari kearah ibunya dan memeluknya, hingga lelaki kampung itu langsung melepaskan cengkraman dileher Silvana.


2 hari sejak kejadian tersebut, Diana kecil hanya sering bermain diteras rumahnya. Ayah Diana muncul dari belakangnya membawa tas kecil dan langsung menaiki motor bututnya. Diana bertanya kepada ayahnya tentang kepergiannya. Dan ayahnya hanya tersenyum kecut. Diana yang tidak mengerti apa-apa saat itu hanya melambaikan tangan ke ayahnya.